• Cek Yuk!

    30 November 2020

    Jalan ke Surau Kakek


    "Kulihat kamu akhir-akhir ini sering melamun, Mad."
    "Ah, tidak, Abah...."
    "Kamu jangan mengelak. Kenapa?"
    "Hmmm, Abah memang selalu jeli. Tidak ada apa-apa, Abah, hanya saja kok rasanya hasil ladang kita selalunya hanya segitu-gitu saja jumlahnya, lalu bagaimana kita bisa meningkatkan kehidupan kita?"
    "Ooo, itu rupanya, nak. Hasil yang kita dapat, pastinya sesuai dengan usaha kita. Kamu carilah ilmu baru untuk meningkatkan hasil ladang warisan kakekmu ini. Pasti ada jalan, lagipula hidupmu kan masih panjang. Abah sering bilang tentang nasihat dari Buya Hamka, bukan?"
    "Tapi kenapa Abah sendiri begitu menikmati cara yang kita kerjakan selama ini, tak ada perubahan dan sepertinya ... semua sudah cukup saja?"

    Orang tua berambut putih dengan kerut di seluruh wajahnya itu tersenyum, memancarkan kasih sayang yang hangat dan menyejukkan. Seperti biasa, Haji Imron selalu menatap wajah lawan bicaranya lekat-lekat penuh perhatian, lalu bertutur dengan alunan suara yang membuat huma di atas bukit terasa semakin sejuk dan tenteram.

    "Abah tidak ingin apa-apa lagi, nak, selain kedamaian sampai saatnya tiba menghadap Tuhan. Lagipula, setiap Abah mencangkul, Abah pasti ingat langkah-langkah kaki almarhum ibumu membawakan makanan untuk kita dulu. Ibumu selalu tersenyum sambil memanggil kita untuk makan bersama di surau pojok itu, surau yang dibuat kakekmu. Kalau Abah harus ganti semua keindahan kenangan itu dengan apapun, Abah tak akan mau. Tapi sekali lagi, hidupmu masih panjang, nak.... "

    30/11/2020

    No comments:

    Post a Comment

    Bicara Fiksi

    Fiksi Mini

    Inspirasi